Rabu, 03 September 2014

?

Dibelantara aku bertanya pada rumput, “rumput, sebutkan 1 makhluk yang suka dimanja ?” rumput hanya diam.
 Ku melangkah dan mengadu pada Dahan “Dahan, siapa makhluk yang suka dipuja tapi senang memuja meskipun fana ?” Dahan menunduk lesu
Ku berbisik dalam Semak “Duhai Semak, apa yang sering mempimpong rasa dalam sebuah canda ?” Semak hanya bergemuruh
Aku berteriak pada Dunia tentang sejuta tanya, Semesta menjawab DIA WANITA.


LUKA

Menanti mutiara langit, menahan hasyrat bercengkrama bumi
Dibalik istana kecil di daun mungil
Menatap butir demi butir gemerlap berlian Tuhan
Bermandikan berjuta berkah, membekap rahasia makna semesta
Tersandung rindu antara aku dan dulunya penyejuk qalbu
Tapi kau hanya membisu
Disetiap rotasi bumi pada mentari
Memendam raut luka sukma didalam mimpi
Membiarkan Busuk menuai  maki

Sekarang hati ini perlahan mati

Tak lagi kusisihkan hati walau kau menjelma Bidadari

MAWAR

Lengkung kelopak cerah rimbun dan mendekap benang-benang penghasil manis untuk sang Ratu madu

PAK TUA

Dibui emosi
Segores mutiara sukma mengalir deras
Rintiknya melembab bumi
Mencabik rimbunan paparan gersang disudut sana, di sudut Hati
Surya tersenyum licik, menggelegar tawanya tuk si kecil yang menggelepar bak menuju mati

Hawa membakar raga, menguras dahaga, dan dia tak peduli
Saat sepuluh ruas meremas keras, onggokan jiwa serasa lemas
Merangsang tubuh menikmati damai

Harum malaikat subuh menghangat indera
Ucapan kasih tulus meredam badai
Terpaku garis-garis tua menyobek raga yang renta
Melambangkan dewasa, bijaksana merangkul cinta


Sehelai berita ketika kau kembali padaNya.

REMBULAN

Dan gelap menjelma Kilap
Meluncur malu dibalik kepulan asap
Menjilat hikmat dalam sekjap
Tinggalkan jejak penyebab sembab



SENANDUNG FAJAR

Pelita dunia merangkak malu
Menggusur selimut pekat kabut malam
Menggerayangi tekuk bumi, hangatnya genit mencubit kulit
Awal dahi mengernyit perlahan BANGKIT

Penguasa berbinar remang mulai tak kuasa
Diapun melangkah menjurus padam

Kuraba hijau kecil berbasah intan
Dingin menggigil
Tanda hari jelita goda melanda
Coretan karya Tuhan mengukir tajam mengusir labil


Oohh indahnya pagi Dunia

SEPI

Di pojok ruang, pas di sudut sana, di remang cahaya purnama
Seonggok raga terpana sepi, perlahan merapuh dikikis rindu
Dentuman indah alunan Firman Tuhan perlahan mengubur syahdu

Menampar lemahnya jiwa si pengelana, dan dia mulai tertatih merajut asa